Friday, January 13, 2012

Saturday, December 31, 2011

Pelayanan Kebidanan

Tenaga yang sejak dulu hingga saat ini memegang peranan penting dalam perkembangan kebidanan adalah dukun bayi. Dukun diminta pertimbangan pada masa kehamilan, mendampingi persalinan hingga selesai dan mengurus ibu serta bayinya dalam masa nifas.

Dukun bayi biasanya seorang wanita, umumnya berumur diatas 30 tahun dan buta huruf. Dukun adalah pekerjaan turun temurun di keluarga, ia mendapat pelatihan dari dukun yang elbih tua yang kelak akan digantikan. Pengetahuan mereka tentang fisiologi dan patologi kehamilan, persalinan dan nifas sangat terbatas hingga timbul komplikasi, ia tidak mampu mengatasi dan tidak menyadari akibatnya, meski demikian dukun dalam masyarakat mempunyai pengaruh yang besar, tidak hanya memberi pertolongan tapi juga emosional kepada wanita yang sedang bersalin serta keluarganya karena ia dapat membantu jalannya proses persalinan karena adanya doa-doanya.

Praktek kebidanan modern dibawa masuk ke Indonesia oleh dokter Belanda yang bekerja pada pemerintahan Hindia Belanda. Tahun 1850 dibuka kursus kebidanan yang pertama, tapi kemudian ditutup pada tahun 1873, kemudian pada tahun 1879 dibuka kembali.

Pendidikan dokter secara sederhana dimulai pada tahun 1815 dengan didirikannya Sekolah Dokter Jawa. Berkat peningkatan di segala bidang pendidikan termasuk tenaga kesehatan hingga pada pertengahan tahun 1979 telah ada 8000 dokter dan lebih dari 16.888 tenaga bidan. Khusus pelayanan kebidanan untuk masyarakat desa sebagian besar masih di dominasi tenaga-tenaga tradisional. Pada tahun 1978 kira-kira 90% persalinan masih ditangani dukun, 6% oleh bidan dan hanya 1 % yang ditangani dokter. Pada tahun 1950 dilaksanakan Program Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang pada umumnya dipimpin oleh bidan. Pada BKIA itu diselenggarakan pemeriksaan antenatal, post natal, KB, pemeriksaan dan pengawasan penyuluhan gizi pada anak dibawah umur 5 tahun serta pembinaan dukun bayi

Bidan juga dapat dipanggil ke rumah jika dapat kesulitan dalam persalinan. Di BKIA juga diadakan persalinan dukun bayi karena pada waktu itu tenaga dukun masih sangat diperlukan sehingga mereka dapat lebih cepat mengenal tanda-tanda bahaya yang dapat timbul dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.

Demikian pula dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu peragaan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pada tahun 1957 puskesmas memberikan pelayanan didalam gedung dan diluar gedung dan berorientasi di wilayah kerja. Pelayanan kebidanan yang diberikan diluar gedung adalah pelayanan kesehatan dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (posyandu). Pelyanan di posyandu mencakup empat kegiatan yaitu pemeriksaan hamil, KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.

Mulai tahun 1990 pelaksanaan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat sesuai instruksi presiden tahun 1992 yaitu penempatan bidan di desa sebagai pelaksana kesehatan KIA khususnya pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi. Serta mengembangkan pondok bersalin sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Bidan yang di rumah sakit memberikan poliklinik antenatal, senam hamil, kamar bersalin, ruang nifas, dan ruang perinatal kamar opersai kebidanan.

Bidan dalam melaksanakan peran fungsinya didasarkan pada kemampuan yang diberikanyang diatur melalui permenkes dimulai dari :

1). Permenkes no 5380/IX/1963 wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri disamping tugas yang lain

2). Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi 2 yaitu wewenang umum dan khusus dalam hal ini bidan melaksanakan tindakan dibawah pengawasan doker

3). Permenkes no 572/VI/1996 tentang registrasi dan praktek bidan dalam melaksanakan tindakan

2. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN

Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan, yang dimaksud dengan pendidikan kebidanan adalah pendidikan formal dan non formal

1) Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia belanda, tahun 1851 dokter militer belanda membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di batavia

2) Tahun 1904 mulai diibuka pendidikan bidan di rumah sakit militer di batavia

3) Tahun 1911/1912 dimulai tenaga keperawatan di RSUP semarang dan batavia

4) Tahun 1935-1938 pemerintah belanda mendidik bidan lulusan mulo (setingkat SMP) dan dibuka sekolah bidan di RSB Budi Kemuliaan Jakarta, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang

5) Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhabn tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak, dibuka pendidikan pembantu bidan /jenjang kesehatan E dan ditutup tahun 1976

6) Tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di yogaykarta lamanya kursus antara 7-12 minggu

7) Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan bersama dengan guru perawat di bandung, dan awal 1972 institusi pendidikan dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP), dan pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan bidan

8) Tahun 1970 dibuka program pendididkan yang menerima lulusan sekolah pengatur rawat ditambah 2 tahun pendidikan bidan yang disebut sekolah pendidikan lanjutan jurusan kebidanan dan ini tidak dilaksanakan secara merata dari seluruh provinsi

9) Tahun 1974 dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga di lapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal

10) Tahun 1975-1985 institusi pendidikan bidan ditutup

11) Tahun 1981 dibuka pandidikan D, kesehatan ibu dan anak, yang berlangsung hanya satu tahun

12) Tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan lulusan SPB dan SPK, lamanya pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim

13) Tahun 1989 dibuka Cresh program pendidikan bidan secara normal yang lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan (PPB/A), lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya ditempatkan di desa dengan tujuan untuk memberikan pelajaran kesehatan terutama ibu dan anak di daerah pedesaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebgaai pegawai tidak tetap (PTT)

14) Tahun 1993 dibuka PPB program bidan yang peserta didukungnya dari lulusan akper dengan lama pendidikan 1 tahun yang tujuannya untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada program pendidikan bidan A

15) Tahun 1993 dibuak PPB program C yang menerima lulusan SMP dilakukan di 11 provinsi di wilayah sumatera, kalimantan, sulawesi selatan, NTT, maluku dan irian

16) Tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan PPB jarak jauh di 3 Provinsi jawa barat, jawa tengah, jawa timur. Pengaturan penyelenggaraan telah diatur dalam SK menkes no 1247/menkes/SK/XII/1994

17) Tahun 1994 dilakukan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal LLSS

18) Tahun 1996 Ibi bekerja sama dengan depkes dan American College of Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta menjadikan training kepada anggota IBI sebanyak 8 orang untuk LSS yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PP IBI

19) Tahun 1995-1998 IBI bekerja sama dengan mother care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan RS, bidan puskesmas dan bidan desa di provinsi kalimantan selatan

20) Tahun 2000 ada pelatihan APN yang dikoordinasikan untuk maternal neonatal health (MNH) sampai saat ini telah melalui APN di beberapa provinsi

Sunday, October 2, 2011

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS

A. TUGAS UTAMA BIDAN DI KOMUNITAS
1. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan.
a. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional.
b. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
c. Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan klien/keluarga.
g. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga.
h. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan klien/keluarga.
i. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan klien/keluarga.
j. Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kebidanan.
 2. Pengelola pelayanan KIA/KB.
a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada diwilayah kerjanya.
 3. Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.
Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien, masyarakat dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan, kader, dan dukun bayi yang berhubungan dengan KIA/KB.
4. Penelitian dalam asuhan kebidanan.
Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerjasama secara kolaboratif dalam tim penelitian tentang askeb.

B. TUGAS TAMBAHAN BIDAN DI KOMUNITAS
1. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
2. Mengelola dan memberikan obat - obatan sederhana sesuai dengan kewenangannya.
3. Survailance penyakit yang timbul di masyarakat.
4. Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.

C. BIDAN PRAKTEK SWASTA
Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.
Setelah bidan melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktek perlu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Penyebaran dan pendistribusian bidan yang melaksanakan praktek perlu pengaturan agar terdapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya. Tarif dari pelayanan bidan praktek akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan trasparan, sehingga masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan bidan praktek perorangan (swasta). Informasi dari jasa pelayanan bidan untuk masyarakat perlu pengaturan yang jelas, agar masyarakat mendapatkan informasi yang jelas, sehingga konsumen bidan praktek swasta mendapatkan kepuasan akan layanan yang diterimanya.
Kompetensi minimal bidan praktek swasta meliputi :
1. Ruang lingkup profesi
a. Diagnostik (klinik, laboratorik)
b. Terapy (promotif, preventif)
c. Merujuk
d. Kemampuan komunikasi interpersonal
2. Mutu pelayanan
a. Pemeriksaan seefisien mungkin
b. Internal review
c. Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi
d. Humanis (tidak diskriminatif)
3. Kemitraan
a. Sejawat/kolaborasi
b. Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, psikolog, sosiolog
c. Pasien, komunitas
4. Manajemen
a. Waktu
b. Alat
c. Informasi/MR
d. Obat
e. Jasa
f. Administrasi/regulasi/Undang-Undang
5. Pengembangan diri
a. CME (Continue Midwifery Education)
b. Information Search

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS
1. PENGETAHUAN DASAR BIDAN DI KOMUNITAS
A. Konsep & sasaran bidan di komunitas
Ibu
Bayi dan balita
B. Masalah kebidanan komunitas
Kematian ibu & bayi
Kehamilan remaja
UNSAFE ABORTION
Bayi baru lahir bermasalah
Tingkat kesuburan / infertile
Pertolongan persalianan bukan dengan Nakes
C. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok & masyarakat
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, Biadan melakukan pendekatan kepada keluarga, kelompok & masyarakat secara bertahap agar masyarakat mau berubah shngga diharapkan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik.
D. Strategi pelayanan kebidanan komunitas
Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat (bersifat mendidik)
Pelayanan yang berorentasi pada kebutuhan masyarakat
Pemanfaatan fasilitas & potensi yang ada di masyarakat
E. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas
F. Upaya peningkatan & pemeliharaan KIA dalam keluarga & masyarakat
G. Faktor – faktor yang mempengaruhi KIA
H. Sistem pelayanan kesehatan ibu & anak

2. PENGETAHUAN TAMBAHAN BIDAN DI KOMUNITAS
Kepemimpinan untuk semua
Pemasaran social
Peran serta masyarakat
Audit maternal neonatal
Perilaku kesehatan masyarakat
Program – program pemerintah yang terkait dgn KIA (SAFE MOTHER HOOD & GERAKAN SAYANG IBU )
Paradigma sehat

3. KETERAMPILAN DASAR BIDAN DI KOMUNITAS
Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi, balita, & KB di masyarakat
Mengidentifikasi status KIA
Melakukan pertolongan persalinan ibu di rumah & polindes
Mengelola polindes
Melakukan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, laktasi, bayi, balita.
Melakukan penggerakan & pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya – upaya kesehatan ibu & anak
Melakukan penyuluhan dan konseling kesehatan
Melaksanakan pencatatan & pelaporan

4. KETERAMPILAN TAMBAHAN BIDAN DI KOMUNITAS
Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWA KIA
Indicator pemantauan
• Akses pelayanan Antenatal
• Cakupan pelayana ibu hamil
• Cakupan persalinan oleh nakes
• Deteksi resti ibu hamil oleh masyarakat
• Cakupan pelayanan neonatal oleh nakes
• Cakupan pelayanan nifas oleh nakes
• Penanganan komplikasi Obstetri
• Penanganan komplikasi Neonatal
Melaksanakan pelatihan & pembinaan dukun bayi
Bidan harus dapat bekerja sama dengan dukun bayi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kerja sama dengan dukun bayi bidan memberikaan pelatihan dan penmbinaan kepada dukun bayi melalui penyuluhan.
Mengelola & memberikan obat2an sesuai dengan kewenangan yaitu obat esensial & kegawatdaruratan
Menggunakan teknologi yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat

5. PEKERJAAN BIDAN DI KOMUNITAS
Dasar seperti bidan bekerja di rumah sakit/unit kesehatan lain
Jam kerja di komunitas 24 jam (Perlu kerja sama dengan profesi lain (lintas program & lintas sektoral )
Perlu dukungan peran serta masyarakat

6. TUGAS UTAMA BIDAN DI KOMUNITAS
Laksanakan pelayanan KIA: pelayanan kesehatan bumil, bulin, nifas, bayi & anak balita serta KB
Mengelola program KIA & memantau pelayanan KIA dengan dasar data riil sasaran dengan menggunakan PWS KIA
Meningkatakn peran serta manyarakat

7. TUGAS TAMBAHAN BIDAN DI KOMUNITAS
Pelayanan kesehatan masyarakat sesuai program puskesmas
Membantu sasaran / individu & keluarganya untuk hidup sehat
Mengikuti kegiatan di masyarakat yang bisa mendukung kesehatan misal : PKK, organisasi wanita

8. PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Pencatatan kelahiran & kematian bayi & balita (catat dalam kohort)
Penggerakan sasaran kerja sama dengan kader & toma, PKK & ORMAS
Siapkan ambulan desa untuk rujukan
Tingkatkan tabulin untuk bantu biaya masyarakat yang tidak mampu
Bentuk organisasi donor darah berjalan

9. TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS
1. Kesehatan ibu & anak dalam keluarga dan masyarakat
Bidan bertanggung jawab atas kesehatan ibu & anak dalam keluarga & masyarakat & dalam memberikan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kompetensi & kewenangannya tanpa memendang status social & mengutamakan kepentungan msayarakat di atas kepentingan pribadi
2. Kesehatan reproduksi remaja
Meliputi :
Penyebab kesehatan remaja
 Pernikahan dini
 Pergaulan bebas
Akibat kehamilan remaja
Akibat medis
Aborsi
Bumil anemia
Kekurangan gizi intra uterin
BBLR
Akibat pergaulan bebas
Goncangan psikologis
Dikucilkan keluarga & masyarakat
3. Menurunkan morbiditas & mortalitas ibu, bayi & balita
Dengan cara:
• Meningkatkan keterampilan
• Mencegah 3 terlambat
• Deteksi dini
• Kerja sama lintas sector
4. meningkatkan peran serta masyarakat

Mengetahui Status Gizi Balita Anda

status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).

Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.


Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.

anak_gizi_buruk
Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan gemuk.

Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik disebut stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-NCHS (National Center for Health Statistics).

Status gizi pada balita dapat diketahui dngan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya kurang, maka status gizinya kurang.

Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk.

Bedanya dengan balita, status gizi orang dewasa menggunakan acuan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau disebut juga Body Mass Index (BMI). Nilai IMT diperoleh dengan menghitung berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter persegi). IMT normal bila angkanya antara 18,5 dan 25; kurus bila kurang dari 18,5; dan gemuk bila lebih dari 25. Sebagai contoh orang bertinggi 1,6 meter, maka berat badan ideal adalah 48-64 kg.

Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak.

Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut umur. Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu.

Menurut Prof. Ali, untuk membedakan balita kurang gizi dan gizi buruk dapat dilakukan dengan cara berikut. Gizi kurang adalah bila berat badan menurut umur yang dihitung menurut Skor Z nilainya kurang dari -2, dan gizi buruk bila Skor Z kurang dari -3. Artinya gizi buruk kondisinya lebih parah daripada gizi kurang.  
Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan (pirang), perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema (bengkak) atau monkey face (keriput), anak cengeng, kurang responsif. Bila kurang gizi berlangsung lama akan berpengaruh pada kecerdasannya.

Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tak boleh dikonsumsi anak balita.

Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu.

Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu.

Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Anak-anak harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).

Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan. Prof. Ali berpesan untuk memperhatikan asupan sayur dan pangan hewani (lauk pauk), konsumsi susu tetap dipertahankan, jangan terlalu banyak makanan cemilan (junk food) yang akan menyebabkan anak kurang nafsu makan. Perhatikan juga asupan empat sehat lima sempurna dengan kuantitas yang cukup.
 

Saturday, October 1, 2011

Jenis KB


Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi. Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik, patch/koyo kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi.

Jenis-jenis kontrasepsi
Yang dibahas disini adalah jenis kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia, yaitu :
kondom
 
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Efektivitas kondom pria antara 85-98 % sedangkan efektivitas kondom wanita antara 79-95 %. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan digunakan secara bersamaan.
 
 
 
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Banyak klinik kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaiannya.
 
 
 
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan kondom untuk minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut.
 
 
 
IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD. IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan di dunia. Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9 %, tetapi IUD tidak memberikan perlindungan bagi penularan penyakit menular seksual (PMS). Saat ini sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut dengan IUS (intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan tembaga dan dapat efektif selama 12 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun. Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi tidak terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk memeriksa keberadaan benang tersebut setiap habis menstruasi supaya posisi IUD dapat diketahui.
 
 
 
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen & progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka angka kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama pemakaian pil kontrasepsi.

Kelebihan & kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi
Setiap metode kontrasepsi pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, berikut kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi yang telah disebutkan diatas : 

No
Jenis
Kontrasepsi
Kelebihan
Kekurangan
1.





Kondom




  • Bila digunakan secara tepat maka kondom dapat digunakan untuk mencegah kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS)
  • Kondom tidak mempengaruhi kesuburan jika digunakan dalam jangka panjang
  • Kondom mudah didapat dan tersedia dengan harga yang terjangkau
  • Kekurarngan penggunaan kondom memerlukan latihan dan tidak efisien
  • Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak digunakan atau disimpan sesuai aturan
  • Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat menggunakan kondom.
  • Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina, bila tidak, dapat terjadi resiko kehamilan atau penularan penyakit menular seksual.
  • Kondom yang terbuat dari latex dapat menimbulkan alergi bagi beberapa orang.
2.
Suntik Kontrasepsi
  • Dapat digunakan oleh ibu yang menyusui.
  • Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual.
  • Darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan membantu mengatasi kram saat menstruasi.
  • Dapat mempengaruhi siklus mentruasi.
  • Kekurangan suntik kontrasepsi /kb suntik dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita.
  • Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.
  • Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan berikutnya.
3.
Implan/Susuk Kontrasepsi
  • Dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 3 tahun.
  • Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang menyusui.
  • Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual.
  • Sama seperti kekurangan kontrasepsi suntik, Implan/Susuk dapat mempengaruhi siklus mentruasi.
  • Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.
  • Dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita.
4.
IUD/IUS
  • Merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif.
  • Bagi wanita yang tidak tahan terhadap hormon dapat menggunakan IUD dengan lilitan tembaga.
  • IUS dapat membuat menstruasi menjadi lebih sedikit (sesuai untuk yang sering mengalami menstruasi hebat).
  • Pada 4 bulan pertama pemakaian dapat terjadi resiko infeksi.
  • Kekurangan IUD/IUS alatnya dapat keluar tanpa disadari.
  • Tembaga pada IUD dapat meningkatkan darah menstruasi dan kram menstruasi.
  • Walaupun jarang terjadi, IUD/IUS dapat menancap ke dalam rahim.
5.
Pil Kontrasepsi/kb
  • Mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker endometrium.
  • Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi.
  • Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi.
  • Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat ataupun hirsutism (rambut tumbuh menyerupai pria).
  • Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.
  • Harus rutin diminum setiap hari.
  • Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting.
  • Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala, depresi, letih, perubahan mood dan menurunnya nafsu seksual.
  • Kekurangan Untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan memerlukan resep dokter untuk pembeliannya.
Selain jenis kontrasepsi di atas, terdapat juga metode kontrasepsi yang tidak menggunakan alat apapun yang biasa disebut dengan KB alami , yang dapat dilihat pada artikel selanjutnya.

Kebijakan Pemerintah Mengenai KB


Penyelenggaraan program Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada pasal 7 ayat 2 bahwa urusan Keluarga Berencana dengan Pemberdayaan Perempuan merupakan urusan wajib yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagai pelayanan dasar bagi masyarakat.
Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pasal 1 ayat 8 mengatakan bahwa dalam menyelenggarakan  urusan Pemerintah tersebut dilatarbelakangi oleh perangkat daerah sebagai lembaga Pembantu Kepala Daerah yaitu Lembaga Tehnis Daerah khususnya yang  menangani penyelenggaraan Program KB dan Pemberdayaan Perempuan (PP).
Dengan mengacu pada hal tersebut di atas dan demi pertimbangan efisien dan fleksibilitas kelembagaan maka pemerintah Kabupaten Enrekang telah menyusun dan menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tehnis yang salah satunya adalah Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKB-PP) Kabupaten Enrekang dengan Tugas dan fungsi yaitu menyusun kebijakan dan melaksanakan Program/Kegiatan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan.
Permasalahan Utama  yang di hadapi oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan antara lain :
  1. Permasalahan masyarakat tentang pentingnya merencanakan suatu keluarga masih rendah.
  2. Belum riilnya data angka kelahiran setiap tahun ( Total Festility Rate = TFR )   sehingga menyulitkan kita dalam menyusun pencapaian target sasaran akseptor baru dan jenis alat kontrasepsi yang digunakan.
  3. Dampak dari adanya pelayanan kesehatan gratis, pendidikan gratis sehingga masyarakat juga menginginkan adanya pelayanan KB gratis (pemasangan alat kontrasepsi gratis).
  4. Berkurangnya tenaga professional  pelayanan KB akibat otonomi daerah dimana sebagian dimutasi ke instansi lain.
  5. Masih seringnya ditemukan alat kontrasepsi yang kadaluwarsa sehingga menimbulkan kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
  6. Belum optimalnya keterlibatan lintas sektor dalam Pengarus Utamaan Gender.
  7. Masih seringnya ditemukan korban perdagangan/tindak kekerasan perempuan (korban trafiking).
Masalah tersebut akan coba di atasi secara baik oleh Badan Keluarga Bencana dan Pemdayagunaan Perempuan untuk meningkatkan kualitas hidup warga 

Tips-tips Ibu Hamil Dalam Perjalanan


BAGI para ibu hamil yang hendak melakukan perjalanan yang cukup jauh, misalnya ke luar kota, maka sudah selayaknya untuk senantiasa menjaga diri agar perjalanannya bisa nyaman dan aman bagi diri dan bayi yang ada dalam kandungannya. Karena tidak bisa kita pungkiri apalagi ketika kehamilan anda sudah semakin besar, akan ada banyak keterbatasan yang harus kita perhatikan, terlebih stamina anda. Berikut ini kami akan membagi tips-tips bagi ibu hamil jika akan melakukan perjalanan dengan transportasi darat,laut dan udara demi keamanan diri dan kehamilan.
Naik Mobil
  1. Pilih lokasi duduk paling nyaman misalnya anda dapat meluruskan kaki.
  2. Pastikan sabuk pengaman sudah terpasang dengan baik.
  3. Bawa bantal kecil untuk menyangga punggung.
  4. Kenakan pakaian yang nyaman yaitu yang menyerap keringat, longgar dan jangan lupa sepatu juga yang harus nyaman.
  5. Beristirahat tiap dua jam sekali. Hentikan mobil lalu lakukanperegangan di sekitar mobil. Bersantailah sejenak untuk makan, minum dan buang air kecil.
Naik Kereta Api
  1. Pesan tempat duduk di gang agar anda mudah ke toilet karena ibu hamil gampang buang air kecil.
  2. Kenakan baju yang nyaman, longgar begitu pula dengan sepatunya.
  3. Pilih tempat yang nyaman seperti kelas executive atau bisnis.
  4. Jangan membawa koper atau bagasi sendiri, mintalah bantuan orang lain untuk membawa koper anda.
  5. Bawa baju hangat diperjalanan malam hari sehingga anda tidak kedinginan dan juga perut tidak kembung.
Naik Kapal Laut
  1. Beritahu dokter di kapal bahwa anda sedang hamil dan tunjukkan surat keterangan kesehatan dari dokter anda jika perlu.
  2. Jika anda khawatir mabuk laut siapkan kantung muntah atau bawa sekantung permen jahe untuk mengurangi mual.
  3. Pilih kegiatan yang tidak membahayakan kehamilan sepanjang perjalanan.
Naik Pesawat Terbang
  1. Usahakan check in lebih awal dan minta tempat duduk di dekat gangsehingga memudahkan anda berjalan-jalan atau ke kamar kecil.
  2. Kelembaban udara di pesawat rendah sehingga anda perlu banyakminum air untuk menghindari dehidrasi terutama pada penerbangan jauh.
  3. Gerakkan kaki setiap 15 menit mengingat ibu hamil sering mengalamikejang kaki akibat penggumpalan di pembuluh darah balik akibat terlalulama duduk. Diantaranya dengan meluruskan kaki, memutar pergelangankaki, menggerakkan ibu jari.
  4. Jangan khawatir dengan mesin screening yang harus dilewati dipintu masuk karena bukanlah sinar X sehingga aman bagi anda maupunjanin anda

Popular Posts